THIS IS FEATURED POST 1 TITLE

THIS IS FEATURED POST 1 TITLE

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam

Quas molestias excepturi
THIS IS FEATURED POST 2 TITLE

THIS IS FEATURED POST 2 TITLE

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam

Impedit quo minus id
THIS IS FEATURED POST 3 TITLE

THIS IS FEATURED POST 3 TITLE

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam

Voluptates repudiandae kon
THIS IS FEATURED POST 4 TITLE

THIS IS FEATURED POST 4 TITLE

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam

Mauris euismod rhoncus tortor

Text

askeb ii persalinan


Unknown | 06.56 |


Askeb 2 (persalinan) : Faktor yang mempengaruhi persalinan

A.  Pengertian persalinan
Persalinan  adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta.
B.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan
1.     Passage (Jalan Lahir).
2.     Power (his dan mengejan).
3.     Passengger (penumpang).
C.   Passage
Passage adalah jalan lahir dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyusuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relative kaku.oleh karena itu ukuran dan bentu panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.
Anatomi jalan lahir terdiri atas :
1.   Bagian keras tulang – tulang panggul ( rangka panggul )
a.   Pelvis terdiri dari empat bagian : dua tulang inominata, sacrum, dan koksigis. Setiap tulang inominata memiliki tiga bagian : pubis, iskium, dan ilium. Tulang ileum adala bagian posterior dan bagian atas tulang inominata. Kedua ilia membentuk pelvis palsu , bersama, dengan sacrum menjadi pananda tulang yang penting dari insisura sakroiliaka. Iskium adalah bagian medial dan bawah tuber iskiadikum, dan dinding sisi pelvis. Pubis adalah bagian anterior tulang inominata. Dua tulang pubis saling bergabung satu sama lain di bagian depansimfisis pubis dan sudut-sudut inferior dari ramus desenden membentuk penanda tulang yang penting arkus pubis.
Sakrum dan koksigis membentuk bagian posterior pelvis. Sakrum dibentuk dari penyatuan lima vertebra sakral, termasuk penanda tulang yang penting padapromontorium sakrum, dan menggabungkan koksigis pada simfisis sakrokoksigea. Os koksigis dibentuk dari penyatuan empat (kadang tiga atau lima) vertebra rudimenter, biasanya dapat digerakkan, dan os koksigis merupakan penanda tulang yang penting.
Simfisis sakrokoksigea, simfisis pubis, dan dua sinkrondois sakroiliaka (artikulasi sakroiliaka) merupakan sendi-sendi amfiartrodial, yang terdiri dari jaringan tulang rawan (kartilago) dan ligamen yang menggabungkan tulang-tulang pelvis.
a.   Pelvis dibagi oleh linea terminalis menjadi beberapa :
1)  pelvis mayor diatas dermakasi ini dan pelvis minor dibawahnya. Pelvis mayor (palsu) adalah bagian diatas pintu atas panggul dan tidak berkaitan dengan persalinan.
2)  Pelvis minor (sejati) membentuk jalur tulang yang dilalui janin untuk dilahirkan pervagina. Oleh karena itu, kontruksi, bidang, dan diameternya merupakan unsur-unsur obstetrik yang paling penting.
Pelvis minor mempunyai  lima batasan :
a)  Bagian superior : promontorium sakrum, linea terminalis, batas atas tulang pubis.
b)  Bagian inferior : batas inferior tuber iskiadikum dan ujung koksigis.
c)  Bagian posterior : permukaan anterior sakrum dan koksigis.
d)  Bagian lateral : insisura sakroiliaka dan ligamen serta permukaan dalam tulang iskium.
e)  Bagian anterior : foramen obturatum dan permukaan posterior simfisis pubis, tulang-tulang pubis, dan ramus asenden tulang-tulang iskium.
Pelvis minor (sejati) memiliki tiga bidang yang secara obstetrik bermakna : pintu atas panggul, pintu tengah panggul, dan pintu bawah panggul. Untuk masing-masing bidang ada enam diameter secara teoretis. Namun, tidak semua diameter digunakan dalam pengukuran atau mendiskusikan masing-masing bidang atau dalam pembahasan mengenai tipe pelvis. Bidang sagital (anterior dan posterior) mengukur jarak dari titik tengah diameter transversa ke titik-titik yang digunakan untuk mengukur diameter anteroposterior.

b.    Pintu Atas Panggul
PAP adalah batas dari pinggul kecil, bentuknya bulat oval. Batas-batasnya : promotorium, sayap sacrum, linea innominata, ramus superior ossis pubis dan pinggir atas symphisis.
Biasanya 3 ukuran ditentukan dari PAP :
1)    Ukuran muka belakang diameter anterior posterior – konjugata vera panjangnya 11 cm dari promotorium ke pinggir atas sympisis conyugata obstetrika antara promotorium dengan tonjolan sympisis sedikit dibawah pinggir atas sympisis ini sangat penting. Pada wanita hidup conyugatavera tidak dapat diukur langsung tapi dapat diperhitungkan dari konjugata diagonalis dari promotorium ke pinggir bawah sympisis CV = CD – (1,5 cm – 2 cm).
2)    Ukuran melintang yaitu jarak antara linea terminalis (diameter tranversal) adalah ukuran terbesar antara linea innominata di ambil tegak lurus pada conjungata vera (12,5 – 13 cm).
3)    Ukuran serong (diameter obliqua) dari articulatio sacro iliaca ke tuberculum pumicum dari belahan panggul yang bertentangan (12,5 – 13 cm)
Gambar pintu atas panggul

Pintu atas panggul (pintu superior) pintu masuk atas ke pelvis minor. Batasan-batasan pintu dibagian posterior adalah promontorium sakrum, linea terminalis dibagian lateral, dan bagian atas dengan simfisis pubis dan ramus horizontal tulang pubis dibagian anterior.
Ada tiga diameter anteroposterior pintu atas panggul :
1)    Konjugata vera : konjugata asli pintu atas panggul, membentang dari bagian tengah promontorium sakrum hingga pertengahan batas atas simfisis pubis,; ukuran normal konjugata vera adalah 11 cm atau lebih.
2)    Konjugata obstetrik pintu atas panggul : membentang dari bagian tengah promontorium sakrum hingga bagian tengah simfisis pubis pada permukaan dalamnya berjarak beberapa milimeter dibawah batas atas. Ukuran minimum diameter ini sebelum pelvis dianggap berkontraksi adalah 10 cm . diameter ini adalah diameter antero-posterior terpendek karena simfisis pubis sedikit lebih tebal pada titik ini dibandingkan batas diatas atau dibawahnya.
3)    Diagonal konjugata pintu atas panggul : terbentang dari bagian tengah promontorium sakrum hingga kebagian tengah tepi inferior (bagian bawah) simfisis pubis. Konjugata diagonal merupakan satu-satunya diameter pintu atas panggul yang dapat diukur secara klinis. Ukuran klinis yang normal minimal 11.5 cm.
Gambar ruang panggul

Diameter oblik pintu atas panggul mengukur jarak antara sinkondrosis sakroiliaka pada satu sisi pelvis dan eminensia iliopektinea pada sisi pelvis yang berlawanan. Sinkondrosis sakroiliaka pada pelvis kiri atau kanan menentukan apakah diameter tersebut adalah diameter oblik kanan atau diameter oblik kiri.sebagai contoh, jika diameter membentangdari sinkondrosis sakroiliaka kanan sampai eminensia iliopektinea, merupakan diameter oblik kanan. Diameter oblik kanan memiliki ukuran rata-rata masing-masing sedikit kurang dari 13 (12,75).
a.    Bidang tengah pelvis adalah bidang dengan dimensi terkecil. Diameter transversa mengukur jarak antara spina iskiadikum. Disebut doiameter interspinosa, biasanya berukuran sekitar 10 cm. Ukuran ini penting, karena merupakan diameter terkecil pelvis yang harus di lalui janin untuk mengakomodasi dirinya. Apabila spina isdiadikum menonjol atau tajam atau dinding-dinding bagian sisinya saling berkumpul (konvergen) sehingga spina iskiadikum menonjol sampai melewati ruang rongga pelvis, interspionsa tidak bisa diukur dan adekuatan pelvis untuk kelahiran per vagina bayi dengan ukuran rata-rata sangat dipertanyakan. Pengerutan bidang-pertengahan sangat sering diasosiasikan dengan pintu atas panggul berkontraksi.
Diameter anteroposterior membentang dari pertengahan batas inferior simfisis pubis melalui bagian tengah diameter transversa sampai ke titik pada sakrum yang ditunjuk oleh sudut ini. Diameter ini normalnya berukuran minimum 11,5 cm. Diameter sagitalis posterior pada bidang-tengah biasanya 4,5 cm (minimal).
Pengukuran diameter bidang-tengah tidak mungkin di lakukan. Namun, keadekuatannya dapat di perkirakan dengan memerhatikan apakah spina iskiadikum menonjol atau melebihi batas bukan tumpul, dinding-dinding sisinya konvergen bukan lurus, sakrum datar atau dangkal bukan dalam, dan pintu atas panggul berkontraksi (mengerut) bukan pengukuran dalam batas normal.


b.    Pintu bawah panggul
Pintu bawah panggul bukan satu bidang tetapi terdiri dari dua segitiga dengan dasar yang sama ialah garis yang menghubungkan kedua tuber ischiadikum kiri kanan. Segitiga depan dasarnya tuber ossis ischiadica dengan dibatasi arcus pubis. Segitiga belakang adalah ujung os sacrum, sisinya adalah ligamentum sacro tuberosum kiri kanan.
Pada pintu bawah panggul ditentukan ada 3 ukuran :
1)    Ukuran muka belakang dari pinggir bawah sympisis menuju ujung tulang kelangkang (ujung sacrum) 11,5 cm.
2)     Ukuran melintang ukuran antara tulang ischidicum kiri kanan sebelah dalam 10 cm.
3)    Arcus pubis membentuk sudut 900 lebih, pada laki-laki kurang dari 800 Inklinasi Pelvis (Miring panggul) adalah sudut yang dibentuk dengan horizon bila wanita berdiri tegak dengan inlet 55-600
Diameter sagitalis posterior ujung tulang kelangkang (os sacrum) ke pertengahan ukuran melintang 7, 5 cm. Inclinatio pelvis yang dimaksud yaitu miring panggul. Sudut antara PAP dengan bidang sejajar tanah, pada wanita yang berdiri sudut ini 55 derajat.
Sumbu panggul  jika di hubungkan titik tengah bidang di dalam panggul maka akan mendapatkan sebuah garis yang lurus sebelah atas sampai pada satu titik  sedikit di atas spina ischiadika kemudian melengkung ke depan di daerah PBP perbedaan panjang 4,5 cm bagian depan dan 12,5 cm bagian belakang, disamping itu terdapat perubahan ukuran PAP yang lebih panjang ke samping dan PBP dengan ukuran muka belakang lebih panjang, situasi demikian seolah-olah terjadi perputaran 90 derajat dari PAP menjadi PBP.
Gambar pintu bawah panggul

a.    Bidang hodge
      Bidang-bidang hodge ini dipelajari untuk menentukan sampai dimanakah bagian terrendah janin turun dalam panggul dalam persalinan.
1)  Bidang hodge 1 : ialah bidang datar yang melalui bagian atas simfisi dan promotorium. Bidang ini dibentuk pada lingkaran pintu atas panggul.
2)  Bidang hodge 2 : ialah bidang yang sejajar dengan bidang hodge 1 terletak setinggi bagian bawah simfisis.
3)  Bidang hodge 3 : ialah bidang yang sejajar dengan bidang hodge 1 dan 2 terletak setinggi spina iskiadika kanan dan kiri. Pada rujukan lain, bidang hodge 3 ini disebut juga bidang O. Kepala yang berada diatas 1 cm disebut (-1) atau sebaliknya.
4)  Bidang hodge 4 : ialah bidang yang sejajar dengan bidang hodge 1, 2 dan 3 terletak setinggi os koksigis.

Gambar  bidang hodge
a.   Stasiun
Stasiun adalah hubungan antara bagian presentasi janin dengan garis imajiner (bayangan) yang di tarik dari spina iskiadika ibu. Stasiun dinyatakan dalam sentimeter, yakni di atas atau dibawah spina. Contohnya, jika bagian presentasi berada 1 cm diatas spina, maka stasiun bagian presentasi tersebut adalah -1. Apabila bagian presentasi setinggi spina, maka stasiunnya adalh 0.
Akan tetapi, jika bagian presentasi 1 cm dibawah spina, maka stasiunnya adalh +1. Kelahiran akan segera berlangsung jika bagian presentasi adalah +4 sampai +5. Untuk mendapatkan dokumentasi laju penurunan janin yang akurat selama persalinan, maka stasiun bagian presentasi tersebut harus ditentukan saat persalinan dimulai.

b.   Ukuran-ukuran panggul
1)    Ukuran-ukuran luar panggul ini dapat digunakan bila peilvimetri radiologic tidak dapat di lakukan.Dengan cara ini dapat di tentukan secara garis besar jenis, bentuk, dan ukuran-ukuran panggul apabila di kombinasikan dengan pemeriksaan dalam. Alat-alat yang di pakai antara lain jangka-jangka panggul Martin, Oseander, Collin, dan Boudeloque
Yang diukur sebagai berikut :
1)    Distansia spinarum (±24 cm-26 cm) : jarak antara kedua spina iliaka anterior superior sinistra dan dekstra.
2)    Distansia kristarum (± 28 cm-30 cm) : jarak yang terpanjang antara dua tempat yang simetris pada krista iliaka sinistra dan dekstra. Umumnya ukuran-ukuran ini tidak penting, tetapi bila ukuran ini lebih kecil 2-3 cm dari nilai normal, dapat di curigai panggul itu patologik.
3)    Distansia oblikua eksterna (ukuran miring luar) : jarak antara spina iliaka posterior sinistra dan spina iliaka anterior superior dekstra dan dari spina iliaka posterior dekstra ke spina iliaka anterior superiorsinistra. Kedua ukuran ini bersilangan. Jika panggul normal, maka kedua ukuran ini tidak banyak berbeda akan tetapi jika panggul itu asimetik (miring), kedua ukuran jelas berbeda sekali.
4)    Distansia intertrokanterika : jarak antara kedua trokanter mayor.
5)    Konjugata eksterna (boudeloque) ± 18 cm : jarak antara bagian atas simfisis ke prosesus spinosus lumbal 5.
6)    Distansia tuberum (± 10,5 cm) : jarak antara tuber iskii kana dan kiri.

a.    Jenis pelvis
1)    Jenis ginekoid :panggul paling baik untuk perempuan. Bentuk pintu atas panggul hampir bulat. Panjang diameter antero-posterior kira-kira sama dengan diameter trasversa. Jenis ini ditemukan pada 45 % perempuan.
2)   Jenis anderoid : bentuk pintu atas panggul hampitr segi tiga. Umumnya pria mempunyai jenis seperti ini. Panjang diameter anteroposterior hampir sama dengan diameter transversa, akan tetapi yang terakhir ini jauh lebih mendekati sakrum.dengan demikian, bagian belakangnya pendek dan gepeng, sedangkan bagian depannya menyempit ke depan. Jenis ini ditemukan pada 15 % perempuan.
3)   Jenis antropoid : bentuk pintu atas panggul agak lonjong, seperti telur. Panjang diameter antero-posterior lebih besar dari pada diameter transversa.  Jenis ini ditemukan pada 35% perempuan.
4)   Jenis platipelloid : sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka belakang. Ukuran melintang jauh lebih besar daripada ulkuran muka belakang. Jenis ini di temukan pada 5 % perempuan.
Gambar jenis-jenis panggul

1.    Bagian lunak jalan lahir
Bagian ini tersusun atas segmen bawah uterus, serviks uteri, vagina, muskulus dan ligamentum yang menyelubungi dinding dalam dan bawah panggul.
a.   Permukaan belakang panggul dihubungkan oleh jaringan ikat antara
     os sakrum dan ilium dinamakan ligamentum sacro iliaka posterior, bagian depan dinamakan ligamentum sacro iliaca anterior.
b.   Ligamentum yang menghubungkan os sacrum dan spina ischium dinamakan ligamentum sacro spinosum.
c.   Ligamentum antara os sacrum dan os tuber ischiadikum dinamakan ligamentum sacro tuberosum.
d.   Pada bagian bawah sebagian dasr panggul. Dasr panggul/diagfragma pelvis terdiri dari bagian otot di sebut muskulus levator ani.
e.   Bagian membran disebut diafragma urogenital
f.   Muskulus levator ani menyelubungi rektum, terdiri atas musculus pubo coccygeus, muskulus iliococcygeus, dan muskulus ischio coocygeus.
g.   Ditengah-tengah muskulus pubococcygea kanan dan kiri ada hiatus urogenitalis merupakan celah berbentuk segitiga. Hiatus ini di batasi sekat yang menyelubungi pintu bawah panggul sebelah depan. Pada wanita sekai ini merupakan tempat keluarnya uretra dan vagian.
h.   Fungsi diafragma pelvis adalah untuk menjaga agar genitalia interna tetap pada tempatnya. Bila muskulus ini menurun fungsinya, maka akan terjadi prolaps atau turunnya alat genitalia interna.

 Perineum
Merupakan daerah yang menutupi pintu bawah panggul, terdiri dari :
a)    Regio analis, sebelah belakang. Spinter ani eksterna yaitu muskulus yang mengelilingi anus.
b)    Regio urugogenitalis terdiri dari atas muskulus bolbo cavernosus, ischiocavernosus dan trasversus perinei superficialis.

Gambar perineum

Jaringan lunak sebelum persalinan dimulai uterus terdiri dari korpus uteri dan serviks uteri. Saat persalinan dimulai kontraksi uterus menyebabkan korpus uteri berubah menjadi dua bagian, yakni  bagian atas yang tebal dan berotot dan bagian bawah yang berotot pasif dan berdinding tipis. Suatu cincin retraksi fisiologis memisahkan kedua segmen ini. Segmen bawah uterussecara bertahap membesar karena mengakomodasi isi dalam rahim, sedangkan bagian atas menebal dan kapasitas akomodasinya menurun. Kontraksi korpus uteri menyebabkan janin tertekan kebawah, terdorong kearah serviks. Serviks kemudian menipis dan berditalasi (terbuka) secukupnya sehingga memungkinkan bagian pertama janin turun memasuki vagina. Dasar panggul adalah lapisan otot yang memisahkan rongga panggul dibagian atas dari ruang perineum dibawahnya. Struktur ini membantu janin berotasi kearah anterior saat menuruni jalan lahir. Vagina kemudian mengembang, berditalasi untuk mengakomodasi sehingga memungkinkan janin kedunia luar.
Gambar bagian lunak jalan lahir



referensi :
Varney Helen, 2008. Buku ajar asuhan kebidanan. Jakarta : EGC
Prawiroharjo Sarwono, 2009. Ilmu kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka.
Sumarah, 2008. Perawatan ibu bersalin. Yogyakarta. Fitramaya
Bobak, Low dermik, Jensen, 2004. Buku ajar keperawatan maternitas. Jakarta. EGC
Anonim. http://lenteraimpian.wordpress.com/2010/02/12/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-persalinan/

ASKEB IBU II PERSALINAN DIAN HUSADA


Unknown | 05.32 |

ASKEB IBU II (PERSALINAN)


DEFINISI PERSALINAN
Persalinan adalah proses fisiologik dimana uterus mengeluarkan atau
berupaya mengeluarkan janin dan plasenta setelah masa kehamilan 20 minggu atau
lebih dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan
atau tanpa bantuan.
2.2. Pembagian Persalinan
Menurut cara persalinan dibagi menjadi :
·         Persalinan biasa atau normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin pada
kehamilan cukup bulan (aterm, 37-42 minggu), pada janin letak memanjang,
presentasi belakang kepala yang disusul dengan pengeluaran plasenta dan
seluruh proses kelahiran itu berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa
tindakan/pertolongan buatan dan tanpa komplikasi.
·         Persalinan abnormal adalah persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat
maupun melalui dinding perut dengan operasi caesarea.
2.3. Faktor-Faktor Dalam Persalinan
Ada beberapa faktor yang berperan dalam persalinan yaitu :
·         Tenaga atau Kekuatan (power) ; his  (kontraksi uterus), kontraksi otot dinding
perut,  kontraksi diafragma pelvis,  ketegangan,  kontraksi ligamentum
rotundum, efektivitas kekuatan mendorong dan lama persalinan.
·         Janin (passanger) ; letak janin, posisi janin, presentasi janin dan letak plasenta.
·         Jalan Lintas (passage) ; ukuran dan tipe panggul,  kemampuan serviks untuk
membuka,  kemampuan kanalis vaginalis dan introitus vagina untuk
memanjang.
·      Kejiwaan (psyche) ; persiapan fisik untuk melahirkan, pengalaman persalinan,
dukungan orang terdekat dan intregitas emosional.

Liric lagu


Unknown | 05.29 |

Blink_About you


Liric lagu


Unknown | 05.28 |

Lollypop_Kamseupay


Liric


Unknown | 05.27 |

Sendiri lagi_Blink


Blink-lirik


Unknown | 05.25 |

Aku Takut_Blink


Asuhan Sayang Ibu Sebagai Kebutuhan Dasar Persalinan


Unknown | 20.30 |


Persalinan adalah proses yang fisiologis dan merupakan kejadian yang menakjubkan bagi seorang ibu dan keluarga. Penatalaksanaan yang terampil dan handal dari bidan serta dukungan yang terus-menerus dengan menghasilkan persalinan yang sehat dan memuaskan  dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan.
Sebagai bidan, ibu akan mengandalkan pengetahuan, keterampilan dan pengambilan keputusan dari apa yang dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk :
  1. Mendukung ibu dan keluarga baik secara fisik dan emosional selama persalinan dan kelahiran.
  2. Mencegah membuat diagnosa yang tidak tepat, deteksi dini dan penanganan komplikasi selama persalinan dan kelahiran.
  3. Merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terdeteksi komplikasi.
  4. Memberikan asuhan yang akurat dengan meminimalkan intervensi.
  5. Pencegahan infeksi yang aman untuk memperkecil resiko.
  6. Pemberitahuan kepada ibu dan keluarga bila akan dilakukan tindakan dan terjadi penyulit.
  7. Memberikan asuhan bayi baru lahir secara tepat.
  8. Pemberian ASI sedini mungkin.
Kebutuhan dasar selama persalinan tidak terlepas dengan asuhan yang diberikan bidan. Asuhan kebidanan yang diberikan, hendaknya asuhan yang sayang ibu dan bayi. Asuhan yang sayang ibu ini akan memberikan perasaan aman dan nyaman selama persalinan dan kelahiran.
Konsep Asuhan Sayang Ibu
Konsep asuhan sayang ibu menurut Pusdiknakes, 2003 adalah sebagai berikut:
  1. Asuhan yang aman berdasarkan evidence based dan ikut meningkatkan kelangsungan hidup ibu. Pemberian asuhan harus saling menghargai budaya, kepercayaan, menjaga privasi, memenuhi kebutuhan dan keinginan ibu.
  2. Asuhan sayang ibu memberikan rasa nyaman dan aman selama proses persalinan, menghargai kebiasaan budaya, praktik keagamaan dan kepercayaan dengan melibatkan ibu dan keluarga dalam pengambilan keputusan.
  3. Asuhan sayang ibu menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah dan tidak perlu intervensi tanpa adanya komplikasi.
  4. Asuhan sayang ibu berpusat pada ibu, bukan pada petugas kesehatan.
  5. Asuhan sayang ibu menjamin ibu dan keluarganya dengan memberitahu tentang apa yang terjadi dan apa yang bisa diharapkan.
Badan Coalition Of Improving Maternity Services (CIMS) melahirkan Safe Motherhood Intiative pada tahun 1987. CIMS merumuskan sepuluh langkah asuhan sayang ibu sebagai berikut: (1) Menawarkan adanya pendampingan saat melahirkan untuk mendapatkan dukungan emosional dan fisik secara berkesinambungan. (2) Memberi informasi mengenai praktek kebidanan, termasuk intervensi dan hasil asuhan. (3) Memberi asuhan yang peka dan responsif dengan kepercayaan, nilai dan adat istiadat. (4) Memberikan kebebasan bagi ibu yang akan bersalin untuk memilih posisi persalinan yang nyaman bagi ibu. (5) Merumuskan kebijakan dan prosedur yang jelas untuk pemberian asuhan yang berkesinambungan. (6) Tidak rutin menggunakan praktek dan prosedur yang tidak didukung oleh penelitian ilmiah tentang manfaatnya, seperti: pencukuran, enema, pemberian cairan intervena, menunda kebutuhan gizi, merobek selaput ketuban, pemantauan janin secara elektronik. (7) Mengajarkan pada pemberi asuhan dalam metode meringankan rasa nyeri dengan/ tanpa obat-obatan. (8) Mendorong semua ibu untuk memberi ASI dan mengasuh bayinya secara mandiri. (9) Menganjurkan tidak menyunat bayi baru lahir jika bukan karena kewajiban agama. (10) Berupaya untuk mempromosikan pemberian ASI dengan baik.
Prinsip Umum Sayang Ibu
Prinsip-prinsip sayang ibu adalah sebagai berikut: (1) Memahami bahwa kelahiran merupakan proses alami dan fisiologis. (2) Menggunakan cara-cara yang sederhana dan tidak melakukan intervensi tanpa ada indikasi. (3) Memberikan rasa aman, berdasarkan fakta dan memberi kontribusi pada keselamatan jiwa ibu. (4) Asuhan yang diberikan berpusat pada ibu. (5) Menjaga privasi serta kerahasiaan ibu. (6) Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan didukung secara emosional. (7) Memastikan ibu mendapat informasi, penjelasan dan konseling yang cukup. (8) Mendukung ibu dan keluarga untuk berperan aktif dalam pengambilan keputusan. (9) Menghormati praktek-praktek adat dan keyakinan agama. (10) Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual dan sosial ibu/ keluarganya selama kehamilan, persalinan dan nifas. (11) Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Asuhan Sayang Ibu Selama Persalinan
Menurut Pusdiknakes (2003), upaya penerapan asuhan sayang ibu selama proses persalinan meliputi kegiatan: (1) Memanggil ibu sesuai nama panggilan sehingga akan ada perasaan dekat dengan bidan. (2) Meminta ijin dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan bidan dalam pemberian asuhan. (3) Bidan memberikan penjelasan tentang gambaran proses persalinan yang akan dihadapi ibu dan keluarga. (4) Memberikan informasi dan menjawab pertanyaan dari ibu dan keluarga sehubungan dengan proses persalinan. (5) Mendengarkan dan menanggapi keluhan ibu dan keluarga selama proses persalinan. (6) Menyiapkan rencana rujukan atau kolaborasi dengan dokter spesialis apabila terjadi kegawatdaruratan kebidanan. (7) Memberikan dukungan mental, memberikan rasa percaya diri kepada ibu, serta berusaha memberi rasa nyaman dan aman. (8) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik meliputi sarana dan prasarana pertolongan persalinan. (9) Menganjurkan suami dan keluarga untuk mendampingi ibu selama proses persalinan. (10) Membimbing suami dan keluarga tentang cara memperhatikan dan mendukung ibu selama proses persalinan dan kelahiran bayi, seperti: memberikan makan dan minum, memijit punggung ibu, membantu mengganti posisi ibu, membimbing relaksasi dan mengingatkan untuk berdoa. (11) Bidan melakukan tindakan pencegahan infeksi. (12) Menghargai privasi ibu dengan menjaga semua kerahasiaan. (13) Membimbing dan menganjurkan ibu untuk mencoba posisi selama persalinan yang nyaman dan aman. (14) Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak kontraksi. (15) Menghargai dan memperbolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak merugikan. (16) Menghindari tindakan yang berlebihan dan membahayakan. (17) Memberi kesempatan ibu untuk memeluk bayi segera setelah lahir dalam waktu 1 jam setelah persalinan. (18) Membantu ibu memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah kelahiran bayi dengan membimbing ibu membersihkan payudara, posisi menyusui yang benar dan penyuluhan tentang manfaat ASI.
Referensi
Depkes RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal. Edisi Baru Dengan Resusitasi, Jakarta.
Depkes RI, 2001, Catatan Perkembangan Dalam Praktek Kebidanan, Jakarta.
Draft, 2001, Pelatihan Pelayanan Kebidanan, Jakarta.
Pusdiknakes – WHO – JHPIEGO, 2003, Asuhan Intrapartum, Jakarta.